Sejarah Lempar Jumrah: Rangkaian Penting dalam Ibadah Haji
18 October 2024

Lempar jumrah adalah salah satu ritual penting dalam ibadah haji yang dilakukan oleh jutaan umat Islam setiap tahunnya. Ritual ini menjadi simbol perjuangan dan penolakan terhadap godaan setan. Namun, tahukah kamu dari mana asal-usul lempar jumrah ini? Yuk, kita telusuri bersama sejarah dan makna di balik ritual yang sangat khas dalam pelaksanaan haji ini!

Asal Usul Lempar Jumrah

Lempar jumrah berasal dari kisah Nabi Ibrahim (Abraham) yang diutus oleh Allah untuk menguji keimanan dan ketakwaannya. Dalam sebuah riwayat, ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya, Ismail, Nabi Ibrahim menunjukkan kepatuhan dan keteguhan hati. Namun, saat perjalanan untuk melaksanakan perintah itu, setan berusaha menggoda Ibrahim dengan cara meragukan keputusan yang diambilnya.

Untuk mengusir godaan setan tersebut, Nabi Ibrahim mengambil kerikil dan melemparkannya ke arah setan. Tindakan ini menjadi simbol penolakan terhadap godaan dan niat buruk. Dalam tradisi Islam, setiap tahun saat haji, umat Islam mengulangi tindakan Nabi Ibrahim ini sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan kekuatan iman.

Lokasi Lempar Jumrah

Ritual lempar jumrah dilakukan di Mina, sebuah area yang terletak tidak jauh dari Mekah. Terdapat tiga tiang atau tempat lempar yang dikenal sebagai jumrah: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Masing-masing jumrah memiliki makna tersendiri.

  1. Jumrah Aqabah: Ini adalah lemparan pertama yang dilakukan pada hari Idul Adha. Umat Islam melempar tujuh kerikil ke arah tiang ini. Ritual ini menandakan keberanian dan kesediaan untuk mengorbankan apa pun demi ketaatan kepada Allah.
  2. Jumrah Ula: Lemparan kedua dilakukan pada hari-hari tasyrik setelah Idul Adha. Ini melambangkan penolakan terhadap godaan setan yang ingin mengalihkan perhatian kita dari ketaatan kepada Allah.
  3. Jumrah Wustha: Ini adalah lemparan ketiga yang juga dilakukan pada hari-hari tasyrik. Seperti halnya jumrah sebelumnya, ini juga merupakan bentuk penolakan terhadap godaan setan.

Pelaksanaan Lempar Jumrah

Lempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari-hari tasyrik. Jemaah haji akan membawa kerikil yang biasanya dikumpulkan dari Muzdalifah, tempat mereka beristirahat setelah wukuf di Arafah.

Saat melaksanakan lempar jumrah, jemaah berkumpul di Mina dengan penuh semangat. Mereka melempar kerikil ke tiang jumrah dengan tujuan simbolis. Setiap kerikil yang dilemparkan menjadi tanda bahwa mereka menolak segala bentuk godaan yang menghalangi perjalanan spiritual mereka.

Makna Spiritual di Balik Lempar Jumrah

Lempar jumrah bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga memiliki makna yang sangat dalam. Setiap lemparan kerikil mengingatkan kita akan pentingnya menolak segala bentuk godaan dalam hidup. Ini adalah saat untuk memperbaharui niat dan komitmen kita kepada Allah.

Lempar Jumrah ini juga mengingatkan kita pada keteguhan iman Nabi Ibrahim dan keluarga. Keberanian Nabi Ibrahim dalam menghadapi godaan setan menjadi inspirasi bagi setiap jemaah haji untuk tetap teguh dalam keimanan mereka.

Lempar jumrah adalah bagian integral dari ibadah haji yang mengandung banyak makna, mengajarkan kita tentang keteguhan iman, keberanian dalam menghadapi godaan, dan pentingnya memperbaharui niat kita sebagai hamba Allah. Dengan memahami sejarah dan makna di balik kegiatan ini, kita dapat merasakan kedalaman spiritual yang lebih dalam selama pelaksanaan ibadah haji.

Berita Terkini Lihat Semua